[ Oleh: Sirajuddin Raju, S.H. ]
Gambar ini adalah Logo Sekolah Alam |
Indonesia
adalah salah satu negara besar yang
menempati urutan ke empat dengan populasi terbanyak di dunia. Hal tersebut
adalah sebuah potensi sekaligus menjadi tantangan tersendiri kedepannya karena
jika sumber daya manusia tersebut tidak dikelolah dan dipersiapkan dengan baik
akan menjadi bumerang. Arus kemajuan
teknologi di era millenial
adalah salah satu tantangan besar yang tidak
bisa lagi dihindarkan. Pola komunikasi hampir disegala sektor hampir dipastikan
tidak ada lagi batas-batas teritorial antar negara. Oleh karena itu, Indonesia
membutuhkan orang-orang tepat yang merata disegala sektor dalam menjawab
tantangan tersebut untuk sekarang dan yang akan datang.
Kekayaan alam Indonesia adalah potensi dan kekuatan untuk menuju negara maju. Akan tetapi, apakah hal tersebut cukup? Tentu tidak. Kekayaan sumber daya alam tak berarti apa-apa tanpa di dukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas sebagai sumber motor penggerak dalam mengelolah kekayaan tersebut. Kesadaran akan hal itu mendorong pemerintah hadir atas nama negara dengan segala ikhtiarnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melaui pendidikan. Jalur pendidikan adalah salah satu jalan ikhtiar yang telah dan sedang dilakukan sampai saat ini, meskipun bisa dikatakan masih menemui jalan buntuh atau nihil. Yah, Hampir satu abad proklamasi telah dikumandangkan oleh para pendiri bangsa, namun kemajuan bangsa seperti jalan ditempat. Apakah yang sesungguhnya terjadi ?
Potret realitas pendidikan sebagai pilihan pengembangan sumber daya manusia masih menjadi sebuah prolematika hampir diseluruh pelosok negeri masih sangat memperhatikan, mulai dari sarana prasarana, kurikulum dan tenaga pengajar. Kondisi tersebut tentu akan sangat mempengaruhi kualitas output siswa itu sendiri. Lantas siapakah yang paling bersalah pada persoaln ini? Menghujat pemerintah sebagai perwakilan negara yang paling bertanggungjawab ada benarnya. Akan tetapi, tentu tak cukup bila kita hanya selalu berlaku sebagai komentator. Lantas apakah kontribusi yang bisa kita berikan untuk ibu pertiwi?
Dalam kondisi tersebut seluruh komponen bangsa tentu harus terlibat turun tangan mengambil peran untuk bisa memujudkan cita-cita keindonesiaan. Jargon “Menuju Indonesia EMAS 2045” yang di lontarkan oleh pemerintah adalah salah satu stimulus untuk mendorong dan mempersiapkan generasi muda saat ini dalam menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka.
Kesadaran akan tanggung jawab moril sebagai generasi muda tentu mendukung penuh gagasan tersebut untuk Indonesia yang bermartabat. Persatuan Pemuda Mangindara [PPM] di daratan pesisir desa Mangindara, kecamatan Galesong selatan, kabupaten Takalar, Sulawesi selatan adalah satu dari sekian banyak kelompok pemuda Indonesia yang ingin mewakafkan dirinya untuk ibu pertiwi. Sekitar bulan juli tahun 2017 para kelompok pemuda desa tersebut menggagas sebuah komunitas sekolah nonformal yang diberi nama “SEKOLAH ALAM” dengan semboyang “Alam adalah sekolahku, semua orang adalah guruku”. Sekolah tersebut adalah salah satu gagasan konkrit pemuda desa yang menembus batas-batas formalitas untuk Sharing knowledge kepada anak-anak pesisir khususnya di Takalar.
Kekayaan alam Indonesia adalah potensi dan kekuatan untuk menuju negara maju. Akan tetapi, apakah hal tersebut cukup? Tentu tidak. Kekayaan sumber daya alam tak berarti apa-apa tanpa di dukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas sebagai sumber motor penggerak dalam mengelolah kekayaan tersebut. Kesadaran akan hal itu mendorong pemerintah hadir atas nama negara dengan segala ikhtiarnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melaui pendidikan. Jalur pendidikan adalah salah satu jalan ikhtiar yang telah dan sedang dilakukan sampai saat ini, meskipun bisa dikatakan masih menemui jalan buntuh atau nihil. Yah, Hampir satu abad proklamasi telah dikumandangkan oleh para pendiri bangsa, namun kemajuan bangsa seperti jalan ditempat. Apakah yang sesungguhnya terjadi ?
Potret realitas pendidikan sebagai pilihan pengembangan sumber daya manusia masih menjadi sebuah prolematika hampir diseluruh pelosok negeri masih sangat memperhatikan, mulai dari sarana prasarana, kurikulum dan tenaga pengajar. Kondisi tersebut tentu akan sangat mempengaruhi kualitas output siswa itu sendiri. Lantas siapakah yang paling bersalah pada persoaln ini? Menghujat pemerintah sebagai perwakilan negara yang paling bertanggungjawab ada benarnya. Akan tetapi, tentu tak cukup bila kita hanya selalu berlaku sebagai komentator. Lantas apakah kontribusi yang bisa kita berikan untuk ibu pertiwi?
Dalam kondisi tersebut seluruh komponen bangsa tentu harus terlibat turun tangan mengambil peran untuk bisa memujudkan cita-cita keindonesiaan. Jargon “Menuju Indonesia EMAS 2045” yang di lontarkan oleh pemerintah adalah salah satu stimulus untuk mendorong dan mempersiapkan generasi muda saat ini dalam menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka.
Kesadaran akan tanggung jawab moril sebagai generasi muda tentu mendukung penuh gagasan tersebut untuk Indonesia yang bermartabat. Persatuan Pemuda Mangindara [PPM] di daratan pesisir desa Mangindara, kecamatan Galesong selatan, kabupaten Takalar, Sulawesi selatan adalah satu dari sekian banyak kelompok pemuda Indonesia yang ingin mewakafkan dirinya untuk ibu pertiwi. Sekitar bulan juli tahun 2017 para kelompok pemuda desa tersebut menggagas sebuah komunitas sekolah nonformal yang diberi nama “SEKOLAH ALAM” dengan semboyang “Alam adalah sekolahku, semua orang adalah guruku”. Sekolah tersebut adalah salah satu gagasan konkrit pemuda desa yang menembus batas-batas formalitas untuk Sharing knowledge kepada anak-anak pesisir khususnya di Takalar.
Kekakuan sekolah formal dalam proses pembelajaran dikelas dan sistem yang kadang terlalu berbelit-belit mempengaruhi proses pembelajaran anak-anak secara tidak langsung. Meskipun Sekolah Alam ini memiliki kurikulum tersendiri sebagai acuan atau katakanlah standar pembelajaran yang digunakan, akan tetapi kita desain lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan anak-anak pesisir. Yah, namanya juga Sekolah Alam kelasnya outdoor dengan menggunakan taman, pinggir pantai atau sejenisnya dengan beratapkan langit. Tetapi dalam keadaan mendesak seperti hujan kami arahkan pembelajarannya di dalam masjid. Metode pembelajaran persuasif dengan cara bermain dan outdoor tidak hanya membuat anak-anak senang dalam belajar, tetapi juga membuatnya lebih peka dan dekat dangan alam sekitar.
Siswa-siswa Sekolah Alam hanya kita fokuskan ke anak-anak sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sementara mata pelajaran yang ditawarkan ke anak-anak beranekaragam yang sesuai dengan kebutuhan mereka seperti matematika, pendidikan kewarganegaraan, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, agama dan bahasa inggris. Untuk Pelajaran Matematika kami mengajarkan yang sangat dasar seperti perhitungan, pengurangan, perkalihan dan pembagian karena pada bagian ini anak-anak yang masih kelas V sekolah dasar kebawah. Sementara pelajaran bahasa inggris dan lainnya lebih kita fokuskan ke siswa SMP, meskipun kita tetap mengajarkan bahasa inggris ke sekolah dasar pada hal yang lebih mendasar.
Proses pembelajaran dilakukan dari hari kamis-minggu dengan pembagian satu hari untuk setiap dusunnya. Kelas dibuka dari jam 1 siang sampai jam 3 atau menjeleng ashar. Demi melibatkan semua pihak khususnya para pemuda, maka mereka turut andil sebagai konseptor sekaligus eksekutor. Para pemuda yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar SMA merembuk untuk merumuskan gagasan atau konsep metode pembelajaran yang efektif yang diterapkan di Sekolah Alam. Tidak sampai disitu, mereka kemudian terlibat secara penuh sebagai team pengajar bersama anak-anak pesisir. Keterlibatan tersebut adalah sebuah potensi besar dalam melatih empati dan kepedulian sosial mereka sedinih mungkin bahwa kemajuan sumber daya manusia harus ada sinergitas dan kerjasama untuk mendorong terciptanya generasi emas harapan bangsa.
Untuk mata palajaran sekolah dasar kebanyakan diambil alih oleh pelajar SMA yang akan fokus untuk pembelajaran dasar, sementara untuk yang SMP mata pelajarannya lebih variatif di berikan tanggungjawab ke mahasiswa yang juga adalah anak pesisir. Ada sebuah harapan besar dari kami bahwa apa yang mereka dapatkan di Sekolah Alam akan mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah formal.
Untuk membuat sekolah ini lebih seksi untuk anak-anak dan mendapatkan dukungan dari orang tua secara penuh,maka tentu bukan hanya proses atau aktifitas pembelajaran yang kami lakukan. Tetapi kami juga mendorong kegaiatan-kegaiatan lain yang memiliki nilai edukasi dan kepekaan sosial yang tinggi terhadap alam dan sesama. Bebarapa bulan yang lalu misalnya, tepatnya pada bulan maret tahun 2018 Sekolah Alam melaksanakan kegiatan penanaman pohon di desa Mangindara dan Ballaparang, kecamatan Galesong selatan Kabupaten Takalar, Sulawesi selatan. Kami melibatkan banyak pihak demi kesuksesan kegaiatan tersebut mulai dari bekerjasama dengan masyarakat pesisir samapi ke dinas pertanian daerah untuk persedian bibit tanaman. Alhamdulillah, kegaiatan tersebut di hadiri langsung oleh bapak wakil bupati Takalar. Ada banyak hikma dalam acara tersebut karena tidak hanya menanamkan kesadaran lingkungan untuk anak-anak, tetapi juga menyadarkan pemerintah setempat yang harus lebih pro aktif lagi untuk lebih menjaga alam.
Kepedulian Sekolah Alam untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia kembali di jewantahkan dalam kegiatan konkrit yang bertajuk “Talkshow Beasiswa Unggulan” se kabupaten Takalar beberapa bulan kemudian. Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Forum Penerima Beasiswa Unggulan Indonesia Timur dan DIASPORA kabupaten Takalar yang di hadiri oleh ratusan mahasiswa dan pelajar Takalar. Ada sebuah harapan besar bahwa beasiswa ini bisa lebih dikenal masyarakat luas khususnya di Takalar dan tentu lebih tepat sasaran. Hal tersebut semakin membuka kesempatan besar bagi masyarakat luas untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikannya dan meningkatkan kapasitas diri menjadi lebih baik.
Sebenarnya pada bulan pertama pembentukan Sekolah Alam ini hanya di dua dusun yaitu dusun Mangindara dan Bontoa dengan siswa sekitar 60 orang lebih. Keberhasilan pembelajaran di dua dusun ini menjadi stimulus atau pemantik sehinga mengundang animo anak-anak pesisir lainnya di dusun dan desa tetangga untuk mengikuti kegiatan yang sama. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian kami memperlebar sayap dengan membuka kelas baru di dusun Ballaparang dan desa Bontokassi. Alhasil, proses pembelajaran yang dilakukan di dusun ini berhasil dan anak-anak sangat aktif dalam belajar. Dalam waktu dekat akan terus memperlebar sayap dan semoga menjadi contoh untuk desa lainnya.
Meskipun belum banyak piala yang diraih atas keberadaannya, Sekolah Alam tetap berusaha terus berbenah untuk melakukan yang terbaik dalam memberikan kontribusi kecil untuk negeri. Memang keberadaannya jika di ibarat manusia usia Sekolah Alam masih sangat belia. Yah, sementara belajar berbicara, berjalan dan mengenal orang-orang sekitarnya. Akan tetapi, kehadirannya setidaknya menjadi pemantik ditengah degradasi kualitas sekolah formal yang kadang kalah membuat sekta-sekta bagi anak-anak untuk mengepresikan dirinya. Sehingga bukan mendukung talenta anak-anak, tetapi sebaliknya malah meneggelamkan bakat generasi pelanjut.
Luasnya wilayah Indonesia kadang-kadang kalah menjadi dalih sakti manraguna bahwa pemerintah yang mewakilkan diri atas nama negara belum sampai ke pelosok negeri karena keterbatasan ini dan itu, katanya. Ya sudahlah, berlarut-larut dalam prustasi permasalahan ini bukalnlah solusi. Sesembari pemerintah membenahi sistem pendidikan kita untuk pengembangan sumber daya manusia, maka mari kita berbuat sesuatu yang bisa kita lakukan untuk ibu pertiwi.
Gelombang pasang persaingan globalisasi sudah tak bisa di hindarkan. Hal tersebut adalah peluang sekaligus tantangan untuk Indonesia. Kualitas manusianyalah yang akan menentukan arah perubahan itu. Tak ada waktu untuk saling menyalahkan, bergandengan tangan dengan seluruh komponen bangsa adalah kunci menjawab tantangan tersebut. Yah, berbuat sesuatu yang bisa kita lakukan, sekecil apapun itu. Maka kehadiran Sekolah Alam dari perwakilan daratan pesisir Desa Mangindara, Kecamatan galesong selatan, kabupaten Takalar dibagian timur Indonesia adalah sebuah gagasan langkah konkrit para pemuda yang terus mendorong sinergitas pengembangan sumber daya manusia. Indonesia emas 2045 adalah harga mati, Karena kita ada untuk Indonesia.